Kurikulum Merdeka : Setiap Fase Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti

ALORPINTAR.COMRasional Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti. Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Dengan demikian, pendidikan agama dapat menjadi perekat bangsa dan memberikan anugerah yang sebesar-sebesarnya bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Pendidikan agama memberikan penekanan pada pembentukan iman, takwa, dan akhlak mulia menyiratkan bahwa pendidikan agama bukan hanya bertujuan mengasah kecerdasan spiritual dan iman juga aspek ketaatan pada ajaran agama. Namun lebih dari itu, pendidikan agama harus mampu membentuk manusia yang manusiawi. Jadi, mengukur keberimanan peserta didik tidak hanya dilihat dari ketakwaan dan ketaatan pada ajaran agama serta pengetahuan secara kognitif melainkan apakah peserta didik telah menjadi manusia yang manusiawi.

Hal tersebut sesuai dengan fungsi Pendidikan Agama Kristen yang memberikan pengajaran akan pengetahuan dan kehidupan iman serta perilaku yang sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus yang terdapat dalam Alkitab. Pengajaran yang diberikan merupakan pengembangan pendidikan yang diarahkan bagi pembinaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agama diyakini sebagai acuan pembentukan sikap, moral, karakter, spiritualitas, berpikir dan bertindak sesuai keyakinan imannya. Berbagai harapan tersebut dapat dicapai melalui proses internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Nilai moderasi beragama diimplementasikan dalam sikap keterbukaan, kebebasan berpikir, sadar akan keterbatasan, kerendahan hati, dan berpikir untuk kemanusiaan. Ajaran Kristen dalam nuansa moderasi beragama sangat dibutuhkan untuk menginternalisasikan karakter kekristenan yang toleran, terbuka, humanis, penuh kasih dan damai yang sejati. Keadaan ini bersandingan dengan tujuan pendidikan nasional yang diarahkan pada berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Moderasi beragama merupakan wadah untuk menumbuhkan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, bagi terwujudnya “Tri-Kerukunan Umat Agama” di Indonesia, yakni: kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah. Nilai-nilai moderasi beragama senantiasa mejadi sikap penting bagi umat beragama melaksanakan tugas panggilan dalam interaksi dengan sesama. Seluruh eksistensiorang percaya dipanggil dan diutus melaksanakan pekerjaan Tuhandi dunia. Komponen esensial kepribadian manusia adalah nilai (values) dan kebajikan (virtues). Kondisi ini merupakan dasar pengembangan kehidupan manusia yang memiliki peradaban, kebaikan, dan kebahagiaan secara individual maupun sosial. Pelayanan pendidikan agama Kristen sebagai perpanjangan tangan gereja yang berfungsi sebagai penyemaian iman kristiani, pengembangan kedewasaan spiritualitas, dan jadi pelaku firman (bnd. Yakobus 1:22) serta menghasilkan buah (Yoh. 16:16).

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, disajikan dalam bentuk mata pelajaran pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang mengacu pada capaian pembelajaran yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Penyusunan capaian pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti didasarkan pada dua elemen, yaitu: Allah Tritunggal dan Nilai-nilai Kristiani. Dua elemen tersebut masih sangat umum dan belum dapat menggambarkan substansi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen secara spesifik.

Secara sepesifik, kedua dua elemen dijabarkan menjadi empat elemen yaitu: Allah Berkarya, Manusia dan Nilai-nilai Kristiani, Gereja dan Masyarakat Majemuk, Alam dan Lingkungan Hidup, yang dapat mengakomodir seluruh substansi pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti pada jenjang SD/Program Paket A, SMP/Program Paket B, dan SMA/Program Paket C. Masing-masing elemen dan sub elemen merupakan pilar dalam pengembangan Capaian Pembelajaran dan materi pembelajaran.

A. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti bertujuan untuk membantu peserta didik:

  1. Mengenal serta mengimani Allah yang berkarya menciptakan alam semesta dan manusia;
  2. Mengimani keselamatan kekal dalam karya penyelamatan Yesus Kristus;
  3. Mensyukuri Allah yang berkarya dalam Roh Kudus sebagai penolong dan pembaru hidup manusia;
  4. Mewujudkan imannya dalam perbuatan hidup setiap hari dalam interaksi dengan sesama dan memelihara lingkungan hidup;
  5. Memahami hak dan kewajibannya sebagai warga gereja dan warga negara serta cinta tanah air;
  6. Membangun manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggung jawab dan berakhlak mulia serta menerapkan prinsip moderasi beragama dalam masyarakat majemuk;
  7. Membentuk diri menjadi anak-anak dan remaja Kristen yang memiliki kedewasaan berpikir, berkata-kata dan bertindak sehingga menampakkan karakter kristiani;
  8. Membentuk sikap keterbukaan dalam mewujudkan kerukunan intern dan antara umat beragama, serta umat beragama dengan pemerintah;
  9. Memiliki kesadaran dalam mengembangkan kreativitas dalam berpikir dan bertindak berdasarkan Firman Allah; dan
  10. Mewujudkan peran nyata di tengah keluarga, sekolah, gereja, dan masyarakat Indonesia yang majemuk.

B. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan. Setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan kebenaran dan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas dalam konteks masyarakat majemuk. Masyarakat Indonesia yang majemuk dipandang sebagai berkat Tuhan dan dalam konteks pemahaman iman Kristen merupakan

medan layan bagi orang Kristen untuk membangun kehidupan bersama yang adil dan setara. Panggilan iman orang Kristen ini secara historis telah dibangun sejak proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, karakteristik Pendidikan Agama Kristen yang kontekstual harus menegaskan peran hidup orang beriman dalam mewujudkan tanggungjawabnya membangun bangsa Indonesia yang berketuhanan, bersatu, setara, dan berkeadilan, serta menghargai kemajemukan dalam masyarakat dan bangsa Indonesia.

Pendidikan Agama Kristen harus mampu menyikapi perkembangan zaman, sehingga peserta didik mampu menyelesaikan dan menjawab segala problematika yang dihadapi. Dengan demikian, Pendidikan Agama Kristen harus memiliki muatan pembelajaran kontekstual, artinya materi yang ada di dalam Pendidikan Agama Kristen selalu dikaitkan dengan situasi dan konteks agar dapat menjelaskan kasus-kasus yang dialami dalam kehidupan nyata. Fakta yang diperoleh dari kajian bagi program pendidikan Kristen, yaitu: 1) Pelaku telah diberi karunia Roh; 2) Bertujuan mendewasakan umat melayani; 3). Menghasilkan dan hubungan harmonis; 4) Bersifat kebenaran teologis; 5) Penuh kasih karunia dan kebenaran; 6) Saling membantudan berkembang secara harmonis.

Pendidikan Agama Kristen di Indonesia berlangsung dalam keluarga, gereja dan lembaga pendidikan formal. Pelaksanaan Pendidikan Agama Kristen di lembaga pendidikan formal menjadi tanggung jawab utama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Gereja. Oleh karena itu kerjasama yang bersinergi antara lembaga lembaga tersebut perlu terus dibangun.

Berdasarkan karakteristik Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti disusun empat elemen yang mengikat capaian pembelajaran dan materi dalam satu kesatuan yang utuh pada semua jenjang. Secara holistik capaian pembelajaran dan lingkup materi mengacu pada empat elemen tersebut yang selalu diintegrasikan dengan Alkitab.

Implementasi elemen dan sub elemen di atas, proses penalarannya bersumber dari Kitab Suci. Peserta didik belajar membaca dan merenungkan Kitab Suci yang berisi pengajaran iman Kristen sebagai acuan dalam kehidupan.

C. Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti setiap Fase

Capaian pembelajaran (CP) ditempatkan dalam fase-fase menurut usia dan jenjang pendidikan yang dikelompokkan dalam kelas mulai dari fase A hingga fase F.

  1. Fase A (Umumnya untuk kelas I dan II SD/Program Paket A)

Peserta didik memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya yang istimewa serta berterima kasih pada Allah dengan cara merawat tubuh, memelihara lingkungan sekitarnya, menjaga kerukunan di rumah dan sekolah, serta toleran dengan sesama yang berbeda dengan dirinya. Diharapkan peserta didik mampu memahami kasih Allah melalui keberadaan dirinya di dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan terdekatnya. Pada kelas awal tingkat SD/Program Paket A peserta didik tentang Allah masih cukup abstrak. Karena itu, peserta didik membutuhkan visualisasi atau perwujudan dari sesuatu yang dapat menunjukkan siapa Allah itu. Mereka akan lebih mudah memahami siapa Allah dengan melihat keberadaan dirinya.

Dengan demikian Allah yang mereka kenal adalah Allah yang menciptakan manusia dan semua anggota tubuh untuk dipakai dengan benar sesuai dengan fungsinya yaitu untuk tujuan mulia.

2. Fase B (Umumnya untuk kelas III dan IV SD/Program Paket A)

Setelah mempelajari mengenai Allah Maha kasih yang berkarya dalam dirinya pribadi, keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial masyarakat yang terdekat dengannya, peserta didik juga belajar mengenal karya Allah melalui ciptaan lainnya. Manusia dan seluruh ciptaan yang ada di alam memerlukan pemeliharaan Allah. Langit dan bumi beserta isinya, tumbuhan, hewan peliharaan, hewan yang bebas di alam, benda langit pada saat siang dan malam, berbagai gejala alam seperti cuaca, peristiwa siang dan malam, angin, hujan, petir semua dalam pemeliharaan Allah. Dengan mempelajari semua kebesaran Allah itu, peserta didik hendaknya memiliki sikap mengasihi sesama, memelihara lingkungan, takluk, tunduk, dan taat pada kuasa Allah serta percaya kepada-Nya.

3. Fase C (Umumnya untuk kelas IV dan V SD/Program Paket A)

Peserta didik mengakui kemahakuasaan Allah yang hadir melalui berbagai peristiwa dalam kehidupannya. Dengan mengakui kemahakuasaan Allah, peserta didik memahami Allah yang Mahakuasa itu mengampuni dan menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus. Pemahaman terhadap keselamatan yang diberikan Allah kepada manusia memotivasi peserta didik untuk memahami arti pertobatan dan hidup dalam pertobatan. Hidup dalam pertobatan ditunjukkan melalui bersahabat dengan semua orang, berbela rasa, tolong-menolong tanpa membeda-bedakan suku bangsa, budaya, dan agama, serta memelihara alam dan lingkungan.

Selanjutnya pada fase ini, peserta didik memahami bahwa Allah Pencipta hadir dalam kehidupan masyarakat. Pemahaman itu diwujudkan dengan mempraktikkan sikap peduli kepada sesama. Peserta didik juga belajar dari teladan tokoh-tokoh Alkitab yang berkaitan dengan pertobatan dan menjadi manusia baru. Dalam terang manusia baru peserta didik menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam interaksi dengan sesama untuk membangun kepekaan terhadap bentuk-bentuk ketidakadilan termasuk didalamnya ketidakadilan terhadap mereka yang berkebutuhan khusus, ketidakadilan terhadap alam dan lingkungan hidup. Fase ini merupakan fase akhir dari pendidikan di SD/Program Paket A, peserta didik mempersiapkan diri untuk masuk ke jenjang SMP/Program Paket B. Oleh karena itu peserta didik dibekali dengan pemahaman mendasar tentang Allah yang tidak pernah absen dari kehidupan manusia. Pemahaman ini memberikan penguatan pada peserta didik untuk lebih mendalami kasih Allah dalam hidupnya. Kelak ketika di SMA/Program Paket C mereka dapat bertumbuh menjadi manusia yang dewasa secara holistik.

4. Fase D (Umumnya untuk kelas VII, VIII dan IX SMP/Program Paket B)

Peserta didik memahami karya Allah dalam Yesus Kristus yang menyelamatkan umat manusia dan dunia. Manusia berada dalam kuasa pemeliharaan Allah. Allah memelihara, menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus, dan memperbarui oleh kuasa Roh Kudus. Peserta didik menyadari bahwa karya Allah yang dirasakan dalam hidupnya harus diwujudkan dalam ucapan syukur. Pernyataan syukur diwujudkan dalam bentuk kasih terhadap Allah dan sesama manusia. Peserta didik mempraktikkan sikap hidup sebagai orang benar, beriman, dan berpengharapan. Pada fase ini peserta didik mampu mewujudkan pemahaman iman melalui pengakuan akan Allah Penyelamat yang berkarya dalam seluruh aspek kehidupan. Sikap hidup sebagai orang yang telah diselamatkan mewujud dalam kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23).

Sebagai implementasi dari keselamatan, manusia terhisap dalam persekutuan dengan Allah, terpanggil untuk bersaksi dan melayani. Hal ini tampak ketika peserta didik hidup sebagai manusia yang dapat mempertanggungjawabkan pikiran, perkataan dan perbuatan sebagai pribadi dan bagian dari komunitas di sekolah, keluarga, gereja, dan masyarakat. Peserta didik mampu memahami karya Allah melalui dan dalam pertumbuhan gereja. Dalam interaksi antar sesama dan berkarya dalam berbagai situasi, peserta didik akan memelihara lingkungan hidup sebagai amanah untuk menjaga keutuhan ciptaan dan wujud tanggung jawab umat yang diselamatkan.

5. Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/Program Paket C)

Peserta didik bertumbuh sebagai manusia dewasa secara holistik, baik secara biologis, sosial maupun spiritual dan keyakinan iman. Aktualisasi pribadi yang dewasa harus didukung oleh kesadaran akan kemahakuasaan Allah. Rasa bersyukur dan kritis dalam menghadapi berbagai persoalan hidup termasuk dalam menyikapi konsekuensi logis perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan pertumbuhan menjadi dewasa, maka peserta didik memiliki hidup baru dalam Kristus. Menjadi manusia baru dibuktikan dengan cara mengembangkan kesetiaan, kasih, keadilan dan bela rasa terhadap sesama serta memiliki perspektif baru terhadap pemeliharaan dan perlindungan terhadap alam. Praktik hidup sebagai manusia dewasa yang sudah hidup baru diwujudkan juga dalam pemahamannya terhadap keluarga dan sekolah sebagai lembaga pendidik utama. Hidup sebagai manusia dewasa juga dibuktikan melalui komitmen dan praktik hidup yang berpihak pada penyelamatan alam. Terus membaharui diri dan membangun pemahaman yang komprehensive mengenai nilai-nilai iman Kristen yang diwujudkan dalam praktik kehidupan.

6. Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/Program Paket C)

Pada fase F peserta didik telah mencapai tahap sebagai manusia dewasa dan memiliki hidup baru, maka pada fase ini, peserta didik terus berproses menjadi lebih dewasa terutama dalam menjalankan tanggung jawab sosial kemasyarakatan. Identitas peserta didik sebagai remaja Indonesia yang beragama Kristen ditampakkan melalui tanggung jawab sebagai anggota gereja dan warga negara. Pada fase ini peserta didik memiliki tanggung jawab sosial kemasyarakatan yang lebih luas, Yaitu: turut serta memperjuangkan keadilan, kebenaran, kesetaraan, demokrasi, hak azasi manusia, serta moderasi beragama. Peserta didik menjadi pembawa damai sejahtera dalam kehidupan tanpa kehilangan identitas. Peserta didik memahami, menghayati, dan mewujudkan kedewasaan iman yang ditunjukkan melalui kemampuan peserta didik beradaptasi dalam berbagai kondisi. Aktualisasi kedewasaan didukung kesadaran akan adanya Allah yang berkarya, mencipta, memelihara, menyelamatkan dan membarui manusia serta dunia sebagai kesadaran akan harkat kemanusiaan dan penerapan nilai-nilai kristiani.

Sumber : Keputusan Kepala BSKAP Kemdibudristek 033/H/KR/2022 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala BSKAP Nomor 008/H/KR/2022 tentang Capaian Pembelajaran Pada PAUD, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah Pada Kurikulum Merdeka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *