ALORPINTAR.COM – Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan, hiduplah seorang anak bernama Mahathir. Mahathir tumbuh dengan rasa ingin tahu yang besar terhadap dunia teknologi dan pesawat terbang. Setiap kali ia melihat pesawat melayang di langit biru, hatinya berdesir dengan keinginan untuk mengerti bagaimana pesawat itu bisa terbang begitu tinggi.
Sejak kecil, Mahathir sudah tertarik pada ilmu pengetahuan dan matematika. Ia sering menghabiskan waktu luangnya untuk membongkar mainan-mainan yang rusak dan mencoba memperbaikinya. Ia juga gemar membaca buku tentang pesawat terbang dan teknologi aeronautika. Ia kagum pada sosok Profesor BJ. Habibie yang berhasil merancang dan memproduksi pesawat terbang pertama Indonesia, N-250 Gatotkaca.
Ketika Mahathir memasuki sekolah menengah, cita-citanya semakin kuat. Ia mulai belajar tentang ilmu fisika dengan tekun, mengikuti kompetisi sains, dan bahkan bergabung dengan klub penerbangan di sekolahnya. Di samping itu, ia juga aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti robotika dan teknologi.
Suatu hari, Mahathir mendengar tentang program beasiswa untuk studi teknik aeronautika di luar negeri. Ini adalah kesempatan yang ia tunggu-tunggu. Dengan tekad bulat, Mahathir mempersiapkan diri dengan belajar bahasa asing dan memperdalam pemahaman tentang ilmu penerbangan. Melalui dedikasi dan kerja kerasnya, ia berhasil mendapatkan beasiswa dan berangkat ke luar negeri untuk mengejar studi di bidang teknik aeronautika.
Di perguruan tinggi, Mahathir menghadapi tantangan besar. Materi kuliah yang kompleks dan bahasa asing yang berbeda menjadi ujian baginya. Namun, ia tidak pernah menyerah. Ia mengingat kata-kata inspiratif dari Prof. BJ. Habibie: “Kita tidak akan maju jika tidak berani bermimpi besar.” Mahathir terus berusaha keras, meminta bantuan teman-teman, dan mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang ia lakukan.
Selama bertahun-tahun studi dan riset, Mahathir mengembangkan pengetahuannya tentang desain pesawat terbang dan teknologi penerbangan. Ia terus bekerja keras di laboratorium, menguji model-model pesawat dan sistem aerodinamika. Pada akhirnya, Mahathir berhasil merancang prototipe pesawat terbang yang inovatif dan efisien, dengan mengambil inspirasi dari keberanian dan semangat Prof. BJ. Habibie.
Setelah lulus dengan gelar sarjana teknik aeronautika, Mahathir kembali ke tanah air dengan semangat tinggi. Ia mendirikan tim riset dan pengembangan di sebuah perusahaan penerbangan nasional. Dengan kerja keras dan dedikasi timnya, mereka berhasil menghasilkan pesawat terbang generasi baru yang lebih ramah lingkungan dan efisien.
Kesuksesan Mahathir tidak hanya terbatas pada prestasi teknisnya. Ia juga membagikan pengetahuannya melalui seminar dan workshop bagi generasi muda yang berminat dalam penerbangan. Ia ingin menginspirasi mereka, seperti yang pernah dilakukan oleh idolanya, Prof. BJ. Habibie. Kisah Mahathir adalah cerita tentang tekad, dedikasi, dan semangat untuk mewujudkan cita-cita dalam dunia teknologi dan penerbangan. Seperti Prof. BJ. Habibie, Mahathir membuktikan bahwa dengan kerja keras dan mimpi besar, kita dapat mencapai hal-hal luar biasa yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan kemajuan bangsa.